Dulu di masa kecilku nama panggilan temanku
ada yang menggunakan nama paraban atau nama panggilan waktu kecil, nama
paraban itu diberikan oleh orang tuanya sendiri dan tentunya tidak pakai
acara bancakan atau selamatan.
Aku ingat beberapa nama paraban temanku diantaranya Paiman parabanya
Bagong, Sugiman parabanya Gareng, Sarimen parabanya Nggomen, Suramen
parabanya Nggamen,itu di desaku, Kalirejo, Bagelen, Purworejo, sedangkan
aku punya banyak teman dari daerah Madiun, justru nama panggilan itu
dibuat oleh sesama temanya sendiri, sesuai dengan kejadian yang mencolok
yang dialaminya pada waktu kecil, dan disana hampir tidak ada anak yang
dipanggil sesuai nama aslinya, namanyapun yang aneh aneh, ada namanya
Winarto karena punya penyakit menggok maka di panggilnya
Menggok,Suratman dipanggil Coro, Totok dipanggilnya Colomin, Anto
dipanggil Nggayir, Muslimin dipanggil Kancil dan lain-lain.
Nama panggilan atau paraban itu menurut pendapatku adalah sebagai nama
kecil dan sudah tidak berlaku lagi seiring berjalanya waktu karena akan
semakin bertambah umur dan nama kecil tidaklah di gunakan lagi.
Berbeda bila orang asing memangiil kita, biasanya mereka memanggil nama
belakang yang dianggap sebagi nama marga atau nama keluarga, aku sendiri
mengalami hal itu ketika bekerja dengan orang Korea, karena namaku
Slamet Darmaji, maka ia memanggilku dengan sebutan Darmaji akupun tidak
pretes dengan hal itu, karena lidah orang Korea juga lebih mudah
mengucapkan nama Darmaji daripada panggilan nama Slamet, sejak itulah
aku terbiasa dipanggil dengan nama Darmaji. Kini ketika aku berkenalan
dengan pelanggan maupun para Supplyer aku selalu memperkenalkan diri
dengan nama Darmaji.
Berbeda lagi panggilan seorang kepada pacarnya biasanya panggilanya
mesra seperti Sayang atau Yang, baik laki lakit erhadap perempuan maupun
sebaliknya dan akan berganti menjadi Pak atau Bu ketika sudah mempunyai
anak karena biasanya memberikan contoh kepada sang anak dalam hal
saling memangil.
Panggilan antar suami istri juga ada yang mesra seperti halnya aku
kepada istri dan istri kepadaku, karena aku orang jawa maka panggilan
mesra istriku terhadapku adalah Mas, sampai saat ini anaku nomer satu
SMP kelas dua, dan anaku nomer dua SD kelas tiga, ia masih memanggilku
dengan kata Mas, dan aku juga memanggil istriku dengan sebutan Dik dari
kata Adik atau kadang Nduk dari kata Genduk, akupun tak pernah memanggil
istriku sesuai dengan namanya.
Lain halnya dengan Bapaku, Bapak memanggil Ibuku dengan nama Yuk, aku
dulu tak mengerti mengapa Bapak memanggil Ibuku dengan kata Yuk, padahal
nama Ibuku bukan Yayuk, sekarang setelah usiaku yang sudah berkepala
empat dan Bapaku sudah meninggal, aku baru sadar dan mengerti bahwa
panggilan Yuk itu adalah dari kata Ayu atau cah Ayu. satu panggilan yang
sangat mesara, sangat menghargai,dan sangat menyanjung untuk seorang
Wanita yang sangat di cintainya.
Kesadaranku itu datang setelah aku bertemu kembali dengan orang yang
dulu pernah aku sayangi, ia adala cinta pertamaku, seorang gadis ayu
yang pernah menjadi pujaan hatiku, yang dulu pernah hialang entah
kemana, namun kini sudah kembali lagi, karena hatinya sudah bersamaku
lagi dan aku juga ingin memanggil ‘’Ayu’’ kepadanya.
Meski kami terpisahkan oleh jarak dan waktu,dan raga ini tak dapat
saling memiliki, semoga sayang dan cinta ini akan tetap abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar